Ini sob, game baru saya. Yaaps, Inotia 3 (Tapi masih newbie... LOL). Sebenarnya udah lama sih game ini dirilis, yah kebetulan aja mimin yang ketinggalan jaman.. hehehe.
Kali ini mimin mau ng-Share apa yang baru mimin baca dari blog tetangga. Langsung aja sob, Di Baca postingannya...
Terima saja sih, memang pada kenyataannya game-game mobile yang keren selalu muncul dulu untuk iOS. Atau parahnya, hanya ekslusif untuk platform dengan anggota iPhone, iPad dan iTouch cs tersebut. Namun untunglah, tidak semuanya ekslusif, dan masih banyak juga yang akhirnya hijrah ke platform lain, seperti Android. Namun tidak bisa dipungkiri, bagi pengembang software, sistem satu portal iOS sangat menguntungkan.
Dan biasanya juga, setelah developer gamenya balik modal di iOS, game-game tersebut bakal hadir ke platform lain, secara gratis tentunya. Salah satu game keren yang akhirnya kehilangan kata ekslusif iOS adalah Inotia 3: Children of Carnia. RPG buatan pengembang software mobile Com2uS dari Korea Selatan ini awalnya dirilis Februari 2011 lalu untuk iPhone, iTouch dan iPad melalui Apple Store seharga US $4.99. Sedangkan versi Android dirilis oleh pengembangnya awal Juli 2011 lalu.
Inotia 3: Children of Carnia merupakan bagian dari serial Chronicles of Inotia. Namun diantara semua serinya memang tidak berhubungan langsung. Di sini kamu mengendalikan Lucio, pemuda dari desa kecil Carnia. Dia ditemani gadis pujaannya, Ameli, yang memulai petualangan baru untuk menyelamatkan dunia dari God of Darkness, sesaat setelah melewati ritual pengukuhan masa dewasa. Sepanjang perjalanan, Lucio mendapatkan kilas balik penglihatan seorang prajurit tangguh yang kehilangan adiknya dalam sebuah invasi Dark Elf, dan Lucio pun yang penasaran mencoba mencari tahu apa di balik penglihatan tersebut. Tentu saja, tipikal RPG klasik Jepang pada umumnya, Lucio dan Ameli bakal bertemu bermacam karakter sepanjang perjalanan mereka.
Walaupun klise, sebenarnya Inotia 3 memiliki cerita yang menarik, seandainya sesekali diselingi percabangan cerita, atau sedikit situasi yang membuat emosi kita tergugah. Namun sepertinya pengembang menghindarinya, dan memainkan Inotia 3 tak lepas dari acuan skenario yang sudah ditetapkan. Sesekali memang tersimpan quest, namun quest itu pun tidak akan memaksamu jauh dari jalan cerita utamanya. Terkadang saya juga sampai tersenyum membaca dialognya yang lucu berkat tingkah Lucio yang kekanakan, atau Ameli yang sepertinya cuek saja meski ada seseorang yang tergila-gila kepadanya. Namun secara keseluruhan, ceritanya standar.
Kontras dengan gameplay-nya. Langsung terbesit game klasik Super NES Seiken Densetsu (Secret of Mana) ketika memainkannya. Mulai sudut pandang 3/4 layar yang disorot dari atas, opsi mengendalikan satu team dengan tiga karakter, hanya satu saja yang menerima perintahmu langsung dengan dua lainnya oleh AI, hingga musuh dan NPC terhubung dalam satu interface. Memang hanya satu yang langsung kamu perintah, namun dua lainnya dengan mudah kamu kendalikan cukup menyentuh foto profil mereka yang terletak di kiri-atas layar. Keseluruhan pengendalikan juga mudah, bahkan menurut saya salah satu yang terbaik pengendaliannya dibandingkan action RPG lain untuk mobile. Dekati musuh hingga keluar kursor merah di bawah tubuh mereka (itu musuh yang bakal ditarget), dan tekan tombol action untuk mulai menyerang. Karakter akan terus menyerang musuh hingga tewas.
D-pad virtual disediakan di sebelah kiri-bawah, berfungsi untuk mengendalikan karakter. Sedangkan enam hotkey di kanan-bawah disediakan agar kamu bisa menempatkan ability, spell dan item. Tombol hotkey tersebut dibatasi dengan waktu pemulihan. Jadi jika selesai melancarkan satu skill, kamu tidak bisa langsung mengulanginya kembali. Perlu menunggu beberapa detik sebelum bisa diaktifkan lagi. Demikian kamu tidak bisa sembarang menyerang atau melancarkan skill. Tunggu waktu yang tepat, supaya rangkaian serangan karakter maksimal. Keseluruhan kontrol dan sistem battle-nya sangat simple dan mudah dipelajari atau digunakan. Dan menurut saya, justru itu yang dibutuhkan sebuah game mobile.
Itu yang kelihatan. Di balik interface-nya kamu disodori pilihan kustomisasi untuk Lucio, karakter utama dimana keseluruhan cerita dilihat melalui sudut pandangnya. Kamu bisa pilih, menjadikan Lucio salah satu dari enam class, yaitu: Barbarian, Templar, Rogue, Shadow Hunter, Arc Mage, dan Priest. Setiap class berbeda pilihan equipment dan ability. Sayang begitu dipilih, tidak ada opsi di tengah permainan menjadikannya class yang lain. Namun setidaknya game ini memberi opsi replay, jika kamu penasaran menjadikan Lucio class yang lain. Namun karena karakter lainnya juga mewakili setiap class tersebut, sepertinya juga sedikit mengurangi niat untuk menjadikan Lucio class yang lain.
Selain dua karakter kunci Lucio dan Ameli, nantinya hingga 10 karakter lain bisa keluar masuk party selama permainan, dan mereka berperan untuk membangun skenario hingga akhir cerita. Selain itu, kamu bisa menyewa mercenary. Bukan sekadar tinggal disewa saja, ada caranya untuk merekruit. Mereka bisa didapatkan melalui rare item drop, dimana seorang musuh menjatuhkan emblem yang bisa digunakan untuk menciptakan class mercenary tertentu. Keuntungan buatmu, mereka langsung menyamai level Lucio, namun datang dengan skill serta ability yang random dari semua class. Malang bagimu seandainya suatu saat dalam satu party semua karaktermu terfokus pada skill magic, dan ternyata mercenary yang muncul random juga ahli sihir, maka kamu tidak memiliki karakter dengan pertahanan tubuh yang tinggi. Selain itu, karena batasan karakter hanya 12 saja, seandainya nanti 12 slot sudah penuh, maka mercenary yang harus dikorbankan agar slotnya ditempati karakter lain.
Skill dan ability karakter bisa didapatkan melalui naik level. Setiap kenaikan, kamu mendapatkan tambahan Skill Point, dan point tersebut bisa digunakan untuk membuka ability mereka. Ada yang jenisnya pasif, dan juga yang bisa meningkatkan status, atau pilihan aktif untuk mem-buff dan menyerang musuh, hingga memulihkan karakter. Tidak semua karakter ability-nya sudah terbuka dari awal – tapi belum diaktifkan melalui skill point. Sedangkan mercenary bisa mempelajari ability baru melalui amulet yang terkadang dijatuhkan musuh. Menjadikan mercenary justru karakter yang kaya ability dan mudah mengaktifkannya.
Masalah lain yang dihadapi pemain adalah ketika begitu mudahnya item dijatuhkan musuh yang kamu kalahkan. Memang menguntungkan, namun setelah kamu menghabiskan semua space inventory yang memang terbatas, kamu tidak ada pilihan selain menjua;, atau bahkan menjatuhkan begitu saja item yang tidak berguna. Lebih lagi mengenai item, dengan setiap karakter yang memerlukan delapan slot equipment bisa dipasangi item/armor,weapon/accessory, kamu pasti akan kebingungan karena ternyata tidak semua item cocok dengan Lucio misalnya, atau mengharuskan karakter mencapai level tertentu untuk bisa memakainya.
Grafis juga menjadi salah satu kekuatan Inotia 3. Game ini tidak memalukan disejajarkan dengan tipikal game NDS atau PSP misalnya. Meskipun karakter sekadar sprite mungil, namun semuanya terlihat detail, hingga ke setiap area settingnya. Saya juga suka ketika mengubah equipment, maka penampilan sprite karakter pun juga berubah. Hanya saja sayangnya, tidak selama dialog, penampilan mereka tetap sama – bergaya anime, dengan bola mata yang besar. Selain itu, musiknya juga patut diacungi dua jempol. Saya sampai tidak percaya musik dan soundtrack-nya berasal dari sebuah game mobile lho… Namun jangan disejajarkan dengan RPG konsol yang sudah punya nama. Setidaknya untuk kelas game mobile, musiknya tidak membosankan.
0 komentar:
Posting Komentar
Jadilah pengunjung yang baik, mohon berkomentarlah sesuai topik...!